super
sibuk dengan dunianya masing-masing. Contohnya adalah generasi millennial
sering bergantung pada alat gadget tercanggih. Sehingga gadget sudah menjadi
alats ‘berhala’ model baru. Terlihat dari setiap jemaat jarang membawa printed bible sebab
Alkitabnya sudah menjadi digital
bible di HP,Bahkan lebih menyedihkan selama kebaktian
berlangsung, mereka tetap bermain media sosial, seperti Facebook, Instagram,
dan sebagainya. Inilah permulaan hedonisme dan materialisme yang sering
dilakukan oleh orang Kristen (Yakobus 4:1 – 5:6; 1 Yohanes 2 : 15-17). (Baca
juga: Pandangan Kristen tentang Perceraian)
Tidak ada kasih persaudaraan yang mempengaruhi persaingan individu
bahkan antar bangsa. Contohnya adalah perzinahan dan perceraian.
Banyak yang tidak peduli terhadap sesama dan tidak berkomitmen untuk
memprioritaskan Alkitab sebagai pedoman utama dalam hidup mereka. (Baca juga: Perzinahan Menurut Alkitab)
2.
Tantangan
secara internal
Perpecahan gereja karena
masalah uang, beda penafsiran, perbedaan kepentingan kelompok dan
sebagainya (1 Korintus 3: 3). Perpecahan harus terjadi untuk melihat siapakah
yang tahan uji. Tetapi, jangan sampai kitalah yang menjadi sumber perpecahan
itu. Kita harus ingat sebenarnya Yesus tidak menghendaki perpecahan (Matius
12:25). (Baca juga: Janji Tuhan
1.
Tantangan
secara eksternal
Adanya zaman postmodern pada era baru yang memunculkan
moralitas baru dengan standar pribadi, seperti LGBT, homoseksual dan poligami.
Standar pribadi tersebut telah menjadi agama baru menggantikan kekristenan. Hal
ini bertentangan dengan rancangan Tuhan dalam penciptaan Manusia (Kejadian
2:18). (Baca juga: Poligami
Menurut Alkitab)
Isu-isu radikalisme
agama, seperti propaganda, terorisme dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim. Hal ini seolah-olah menyudutkan
setiap gereja. Tidak hanya itu, hal ini juga memunculkan gejala intoleransi dan
fanatisme agama serta ekslusivisme yang berlebihan dalam hubungan sosial
keagamaan di masyarakat. Saat ini, banyak pemuda – pemudi Kristen mudah
terjebak pada kesesatan informasi, provokasi, dan berita palsu yang menjadi
viral di media sosial. Sehingga mereka dapat menjadi sasaran utama rekrutmen
kelompok radikal yang mengembangkan jaringan, sebagai berikut:
·
Maraknya berbagai ajaran
sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat, seperti Gnostik,
Mormonisme, Christian Science, Saksi Yehova dan
sebagainya. Hal ini bertentangan dengan peringatan Yesus terhadap murid-muridNya
(Matius 24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17). (Baca juga: Kafir Menurut Kristen)
·
Penganiayaan terhadap
orang-orang Kristen dianggap sebagai antisosial dan penyebab kerusuhan. Seperti
yang dikisahkan tentang penganaiyaan terhadap Stefanus (martir Kristen) dan
sejumlah jemaat Yerusalem (Kisah Para Rasul 7:54-8:3). (Baca juga: HAM Menurut Iman Kristen)
·
Manusia yang semakin
pandai dan hidup merasa seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhan. Hal ini
bertentangan dengan kehendak Allah (Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”).
·
Kehampaan hidup
seringkali terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban dunia.
Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia dengan secara pragmatis
menghalalkan segala cara. Hal tersebut bertentangan dengan jemaat di Sardis
telah menjaga reputasi mereka dengan cara kompromi (Wahyu 3:4-6). (Baca juga:
Mujizat Tuhan Yesus)
·
Jadimasyarakat
individualis terbagi dua yaitu
; individualisme Horizontal
dan vertical hal sebagai dari akibat adanya individualisme horizontal dan
individualesme vertical, individualisme horizontal dan individualisme vertikal memandang adanya kesetaraan setia individu dalam satu kelompok individu dengan individulisme kelompok
individu horizontal yang tinggi s.elalu
menghasilkan kreatifitas yang
berani mengambilkan resiko gagal
·
Sedangakan
individualisme vertical memandang bahwa
setiap indinidu menciptakan
hirarki dan status yang
berbeda di dalam kelompok. Dalam
penelitian terbaru dalam suah jurnal, hanya segrentil orang saja saja, memng lahir sudah menjadi
individualis.
·
Orang
kota menjadi individualis karena factor
ekternal yang membentuk menjadi demikian.
DAMPAK
DARI INDIVIDUALISME,;
prilaku individualisme memiliki
sebagai dampak tertentu bagi kehidupan seseorang dampak positif dari prilaku individualisme adalah mengajar sikap mandiri
serta percaya diri pada stiap
tindakan yang dipilih. Namun pada dapak negative
individualisme adalah membuat
manusia menjadi egois. Serta mementingkan diri sendiri
Menurunkan kemampuan bersosialisasi, tidak bisa bekerja sama dalam
tim atau kelompok.
DARI SEGI KEKRISTENAN
Sikap individualisme merupakan sikap yang mementingan kebebasan
pribadi atau mementingkan diri
sendiri dibandingkan dengan orang lain. Persekutuan maaupun berupaka
apapun itu;ah sebagai budaya
tandingan ditengah tengah merebak fenomena individualisme menerut prespetif kelompok kelompok jadi ada orang orang yang mendirikan kelompok atau
komunitas apaun itu mereka sedang tercebak dalam kelompok individualisme( mementingkan diri sendiri ).
Individualisme bertanggung jawab kepada Tuhan
atas pilihan mereka Roma 14;
12. Keselematan pribadi hubungan dengan Kristus yang terpenting 9 Yoh 13;6.
Ajaran Kristus sangat
induvidualistis sangat penting dalam sejara, namun yang terpenting tanggung jawab individu bukan tanggu jawab kolektif,DIA berulang kali
menekankan tanggung jawa
individu, bukan jatanggung jawab koleltif
untuk melayani orang lain. Sebagai
umat percaya harus individualisme
terhadap ajaran Kristus. Keselamatan
serta kebaikan. Agar tumbuh sebagai orang berindividualisme kekristenan yang
utuh dimata Kristus
KATA BIJAK ;
ORANG PERCAYA SEHARUSNYA MENJADI
INDIVIDUALISME PELAYANAN TUHAN SEUMUR HIDUP.
Dalam
saat gelap, jiwa di kembali dan diberi kekuatan untuk trus bertahan.
Immanuel salam sehat
selalu>>>>> nold.
0 Comments